Secangkir Kopi

“Memaafkan” merupakan pembalasan dendam yang termanis !”.

“Maafkanlah dia. Dia memangnya begitu. Klau kita perhatikan dia,dia tiadak ada kawan dan sibuk menipu dirinya sendiri demi menutupi kelemahannya bukankah orang seperti itu layak untuk diberi kasihan dan kemakluman. ” nasehat seorang sahabat karib saya sejak kecil setelah saya curhat.

Saya ulang2 ayat itu untuk membujuk diri ini supaya dapat memaafkan. Alangkah nikmatnya jika dapat memaafkan. Dada saya sendiri akan menjadi lapang, hidup saya akan menjadi tenang dan pikiran saya pun menjadi terang. Tiada lagi kekesalan.

Namun apa daya saya masih sukar untuk memaafkannya,walau telah berkali dicoba. Telah saya coba terus menerus untuk mendapatkan ruang kemaafan dan kemakluman itu. Sebaliknya yang saya peroleh adalah gregetan dan keanehan yang semakin memarah.

Benarlah seperti nasihat teman saya itu. Pakailah jurus HARAP MAKLUM dan CUEK. Dia memangnya begitu, selalu merasa dirinya paling benar & hebat sehingga menganggap remeh semua yang ada. Dia memanglah begitu, berkata semaunya tanpa memikirkan hati dan perasaan oranglain. Dia memanglah begitu,  menipu diri sendiri dan membuat pertahanan dirinya untuk menutupi kekurangannya dengan cara berburuk sangka dan menyakiti orang sekitarnya. Dan Dia memanglah begitu dengan semua karakternya  keras dan personality uniknya.

Jadi, sekarang Maka langkah terbaik adalah memaafkan, dan logika dari memaafkan adalah “Lupakan sakitnya, tetapi ingat pelajarannya”.

Lupakan saja kesilapannya dan maafkannya untuk diri sendiri,bukan untuk orang lain.  sesungguhnya memaafkan itu suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri? Begitu kita memaafkan seseorang, beban berkurang, luka membaik. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya seperti orang yang memelihara penyakit.Itu sungguh suatu tindakan yang bodoh dan konyol. Kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf.

Memaafkan itu cerminan kebesaran jiwa seseorang dan satu slogan yang selalu saya ingat dan menurut saya keren sekali.. “Memaafkan” merupakan pembalasan dendam yang termanis !”.

Persoalannya, kadang ada yang merasa sudah “memaafkan”, tetapi sebenarnya belum memaafkan yang sesungguhnya ! (mungkin saya juga termasuk kedalamnya..)

Memang benar…kata memaafkan sangat mudah untuk diucapkan, tetapi melaksanakannya sangat sulit. Apalagi masih ada rasa dongkol ha…ha…ha…   Dendam kesumbet, eh…. salah… kesumat, masih wajar… manusia…    he…he…he…

(cerita  kira-kira 2 tahun lalu tentang kejengkelan dan amarah saya pada seseorang yang baru bisa saya posting sekarang)

Leave a comment